Di alam, biasanya lele memijah pada awal musim hujan. Pada saat tersebut, volume air mengalami kenaikan dan bau tanah akibat sengatan matahari yang tersiram air hujan menciptakan bau yang merangsang bagi induk lele untuk memijah. Musim penghujan juga menyebabkan pertumbuhan jasad renik sebagai pakan alami menjadi berlimpah. Hal ini sangat baik karean alam menyediakan sumber makanan bagi larva untuk hidup. Namun, di kolam budi daya , induk lele dapat dipijahkan sepanjang waktu, baik pada musim hujan maupun musim kemarau.
Semua jenis lele, termasuk lele sangkuriang berkembang baik secara ovipar atau bertelur. Seperti ikan pada umumnya, pembuahan terjadi di luar tubuh. Induk jantan akan menyemprotkan spermanya ketelur yang sudah sikeluarka oleh induk bertina. Biasanya, induk betina akan meletakantelurnya di tumbuhan air atau akan tanaman air seperti eceng gondok. Namun, dalam usaha budi daya lele sangkuriang, tempat menempelkan telur dibuatkan oleh manusia. Alat tersebut dibuat menggunakan injuk dan bilah-bilah bambuyang biasa disebut kakaban.
Telur-telur biasanya akan menetas sekitar 48 jam setelah dibuahi, tergantung dari suhu perairan. Semakin dingin suhu perairan maka akan semakin lama telur menetas. Umumnya, benih yang baru menetasbanyak yang mati sebelum sampai menjadi larva. Hal ini diduga akibat tidak tahan denagn kondisi prairan yang ekstrim, baik suhu maupun tingkat keasamannya. Akibatnya, jumlah benih lele yang mapu hidup akan berkurang cukup banyak. Benih yang hiduppun tak lepas dari ancaman hewan predator. Karena itu, di habitat alaminya, kedua induk lele bergantian menjaga anakan yang baru saja mengenal lingkungan. Setelah anakan tersebut berumur sekitar dua minggu, barulah sang induk berhenti menjaganya.
No comments:
Post a Comment