- ketinggian lokasi budidaya : 0-800 meter dpl (atau bahkan sampai diatas 1000 meter dpl)
- pH : 7-8
- Suhu : 270-320C
Lele Sangkuriang
Tuesday, 30 July 2013
Syarat Hidup Lele Sangkuriang
Penerapan Budi Daya Lele Sangkuriang Berbasis Organik
- Penanganan Hama dan Penyakit
- Tidak Menyuntik
- Pemupukan Dalam budi daya lele sangkuriang secara organik, pemupukan kolam tidak menggunakan pupuk kimia, seperti pupuk TSP atau pupuk urea. Namun, cukup menggunakan kotoran kambing atau domba. Selain lebih aman bagi lele yang dipelihara, juga tidak berbahaya bagi lingkungan.
Umumnya, penanganan hama dan penyakit dalam budi daya ikan masih mengandalkan obat-obatan kimia, baik yang diberikan dengan cara disuntik, direndam, maupun dengan cara lainnya. Jenis obat-obatan kimia yang biasa digunakan untuk menangani penyakit adalah Oxytetracylin, Terramycine, Malachite Green dan Methylene Blue. Sementara itu, pola penanganan penyakit dalam budi daya lle sangkuriang secara organik sama sekali tidak menggunakan obat-obatan kimia. Adapun pengobatan lebih mengandalkan penggunaan jenis tumbuh-tumbuhan atau daun-daun tertentu yang terbukti ampuh mengatasi berbagai penyakit yang menyerang lele.
Pemijahan buatan biasanya menggunakan cairan ovaprim yang merupakan termasuk bahan kimia. Dalam budi daya lele sangkuriang berbasis organik, pemijahan yang dikenal hanya pemijahan alami. Tidak ada penggunaan obat-obatan kimia dan tidak ada induk jantan yang dikorbankan atau didonorkan. Dengan pemijahan alami, benih yang dihasilkan menjadi lebih tahan terhadap lingkungan dan serangan penyakit. Selain itu, setelah menjadi lele ukuran konsumsi, konsumen menjadi lebih aman mengkonsumsinya.
Sunday, 28 July 2013
Keuntungan Beternak Lele Sangkuriang
- Lebih Aman Bagi Kesehatan Manusia
- Lebih Aman Bagi Lingkugan
- Lebih Hemat Biaya
- Kualitas Daging Lebih Baik
- Lebih Bisa Bersaing Di Era Perdagangan bebas
Dengan meninggalkan atau mengurangi seminimal mungkin penggunaan obat-obatan dan pupuk berbahan kimia, lele yang dihasilkanpun relatif aman bagi kesehatan manusia. Artinya, kita bisa memperoleh secara maksimal manfaat dari gizi daging lele yang dikonsumsi. Bukan malah menjadi bumerang bagi kesehatan kita akibat penggunaan bahan-bahan kimia.
Selain aman bagi manusia yang mengkonsumsinya, beternak lele secara organik juga aman bagi lingkungan (ekosistem) di sekitar lokasi budi daya.
Lele sangkuriang yang di budidayakan secaa organik jelas lebih murah atau lebih hemat dalam soal biaya operasional pemeliharaan. Sebagai contoh, dalam hal pemijahan, tidak perlu membeli cairan ovaprim dan alkohol(seperti pada pemijahan buatan), karena pemijahan dilakukan secara alami. Contoh lainnya, dalam hal pemupukan kolam, cukup membeli satu karung kotoran kambing atau domba untuk satu buah kolam. Harga kotoran kambing tak seberapa dibanding dengan harga pupuk kimia.
Sudah terbukti,dengan pemeliharaan secara organik, kualitas daging lebih padat dan rasanya lebih gurih. Selain itu, lebih aman dikonsumsi manusia.
Memasuki era perdagangan bebas, produk hasil pertanian dan perikanan organik memiliki daya saing yang tinggi dalam merebut pasar. Sebaliknya, penggunaan obat-obatan kimia berlebihan dalam bidang pertanian dan perikanan akan mengakibatkan komoditas yang bersangkutan sulit bersaing di pasar bebas. Hal ini terkait dengan tingkat keamanan komoditas yang dihasilkan dari pola pembudidayaan yang diterapkan.
Thursday, 25 July 2013
Ciri Fisik Lele Sangkuriang
- Kepala
- Badan
- Sirip dan Ekor
Kepala lele sangkuriang berbentuk pipih ke bawah. Panjangnya hampir mencapai sepertiga dari panjang tubuhnya. Kepala lele sangkuriang sedikit lebih panjang dibandingkan dengan lele dumbo biasa yang hanya seperempat panjang tubuhnya. Bagian kepala ini dilapisi oleh tulang pelat yang cukup keras. Didalamnya terdapat rongga yang terletak di atas insang yang befungsi sebagai alat pernapasan. Selain insang, lele memiliki alat pernapasan tambahan yaitu labirin yang berfungsi menghirup oksigen dari udara. Lele sangkuriang memiliki 8 buah sungut (4 pasang) yang terletak disekitar mulut.Selain itu juga,lele sangkuriang memiliki sepasang lubang hidung yang letaknya di bagian anterior. Di bagian mulut terdapat gigi, tetapi hanya berupa tulang kasar yang terletak di dalam mulut bagian depan.
Pada bagian tengah badan berbentuk membulat dan bagian belakang cenderung pipih ke samping, tidak memiliki sisik tetapi kulitnya dilapisi lendir sehingga sangat licin. Warna tubuhnya hitam kehijauan di bagian punggung dan putih kekuningan di bagian perut. Bintik-bintik yang menghiasi kulitnya tak sebanyak pada lele dumbo biasa.
Lele sangkuriang memiliki tiga buah sirip tunggal yaitu sirip punggung, sirip ekor dan sirip dubur. Selain itu,juga meiliki 2 sirip berpasangan yaitu sirip perut dan sirip dada. Sirip dada lele sangkuriang sangat keras dan berbentuk meruncing yang biasa disebut patil. Namun, pati lele sangkuriang tidak megandung racun tak seperti yang dimiliki oleh lele lokal. Sementara dibagian ujung belakang lele sangkuriang terdapat sirip ekor yang berbentuk bulat mirip kipas yang berfungsi untuk bergerak maju.
Sifat dan Kebiasaan Lele Sangkuriang
Sifat biologi lele sangkuriang sama dengan lele dumbo pada bisa, yakni tergolong omnivora (pemakan segala).Lele sangkuriang memakan pakan alami berupa cacing, plankton, jenis serangga kecil, jenis udang-udang kecil, keong dan lain sebagainya. Sementara itu, untuk lele sangkuriang budi daya diberi pakan dalam bentuk pelet. Kandungan nutrisi yang terdapat pada pelet sangat memenuhi syarat untuk kebutuhan pertumbuhan lele sangkuriang.
Untuk menggenjot pertumbuhan lele sangkuriang pilihlah pelet yang berkualitas, bukan pelet asal-asalan. Pasalnya, saat ini banayk perusahaan yang memproduksi pelet dan tak semua pelet yang beredar di pasaran memiliki kualitas yang baik. Saat memilih pelet sebaiknya jangan tergiur dengan harganya yang murah. Biasanya, harga pelet yang murah mempunyai kualitas yang rendah. Kandungan nutrisi dalam pelet tersebut kurang memenuhi kebutuhan bagi pertumbuhan lele.
Lele sangkuriang juga bisa diberi pakan alternatif, seperti bangkai ayam, ikan curah dan bekicot. Hal ini menjadi salah satu solusi untuk menekan biaya pengadaan pakan pelet. Diketahui juga, semua jenis lele termasuk kedalam kategori ikan kanibal atau suka memangsa lele lain yang meiliki ukuran yang lebih kecil. Hal ini biasanya terjadi pada tingkat benih. Namun jika dibandingkan lele dumbo biasa tingkat kaibalisme lele sangkuriang masih lebih rendah.
Wednesday, 24 July 2013
Keunggulan Lele Sangkuriang
- Produksi Tinggi
- Panen Lebih Cepat
- Kemampuan Bertelur dan Daya Tetas Telur Tinggi
- Lebih Tahan Terhadap Penyakit
- Kualitas Daging Lebih Unggul
- Lebih Tahan Banting
- Teknik Pemeliharaan Lebih Mudah
- Bisa Dibudidayakan di Lahan Sempit
- Benih Mulai Mudah Diperoleh
Angka produksi lele sangkuriang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan capaian angka produksi lele dumbo biasa, baik ditingkat pembenihan maupun pembesaran. Sebagai contoh, umumnya pemberian pakan sebanyak 1 ton untuk membesarkan benih lele dumbo sebanyak 10.000 ekor hanya menghasilkan lele konsumsi sekitar 7-8 kuintal. Sementara itu, pada lele sangkuriang, pemberian pakan dengan kuantitas dan kualitas yang sama untuk jumlah benih yang sama pula mampu menghasilkan lele konsumsi sekitar 1-1,4ton.
Cepatnya laju pertumbuhan lele sangkuriang berdampak pada cepatnya siklus panen. sebagai gambaran, pertumbuhan lele sangkuriang di tingkat benih dari ukuran 2-3 cm untuk mencapai 5-6 cm hanya membutuhkan waktu pemeliharaan sekitar 20-25 hari sedangkan pada lele dumbo membutuhkan waktu lebih lama yaitu 30-40 hari. Di tingkat pembesaran, dengan asumsi menggunakan bibit 5-6 cm, lele sangkuriang bisa dipanen sekitar 50-60 hari sejak ditebar benih. denagn asumsi suhu di wilayah tersebut berkisar 26-290C. Pada suhu yang tinggi panen bisa lebih cepat. Sedangkan untuk lele dumbo pada keadaan yang sama membutuhkan waktu 3-4 bulan.
Kemampuan bertelur induk lele sangkuriang sangat luar biasa dibanding dengan induk lele dumbo biasa. Jika induk lele dumbo mampu menghasilkan telur 20-30 ribu butir, induk lele sangkuriang mampu bertelur sekitar 40-60 ribu butir dalam sekali pemijahan. Begitupun dengan daya tetasnya. Telur lele sangkuriang memiliki daya tetas tinggi yaitu mencapai 90% sedangkan lele dumbo hanya sekita 80%.
Umumnya lele merupakan ikan yang tidak memiliki sisik, namun bukan berarti jenis ikan ini tidak meiliki perlindungan tubuh. Semua jenis lele dipersenjatai dengan lendir yang melapisi kulitnya, tak terkecuali lele sangkuriang. Lendir berguna untuk melindungi kulit atau tubuh dari serangan penyakit. Oleh karena itu, hindari perlakuan terhadap lele yang dapat mereduksi atau mengikis lendir di kulit lele. Biasanya, jenis bakteri yang sering menyerang adalah Trichodina dan Ichthiophthirius sp.
Daging lele sangkuriang lebih unggul dibanding daging lele dumbo biasa. Keunggulan ini terbukti dari tekstur daging yang lebih padat. Selain itu, daging lele sangkuriang lebih minim kandungan lemak, lebih renyah, lebih gurih dan tidak berbau lumpur.
Lele sangkuriang termasuk ikan yang tahan banting. Untuk dapat bertahan hidup, lele sangkuriang tidak memerlukan kondisi atau persyaratan air khusus seperti ikan air tawar lainnya. Hal ini disebabkan karna ikan jenis lele untuk mendapatkan oksigen dapat menyembul ke atas permukaan air karna lele memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut labirin atau arborescent.
Teknik pemeliharaan lele sangkuriang cukup sederhana dan lebih mudah dibanding dengan lele dumbo biasa. Dalam hal pergantian air, tak harus sering, cukup sekali dalam masa pemeliharaan. Paasalnya, penggantian air akan mengubah kualitas ideal bagi lele sangkuriang.
Lele sangkuriang bisa dibudidayakan di lahan sempit atau terbatas. seperti, pekarangan rumah, garasi mobil, gudang, bahkan di atas dak rumah yaitu dengan menggunakan kolam terpal. Tingkat keberhasilan dengan memanfaatkan lahan alternatif ternyata cukup bisa diandalkan, hasilnya tidak berbeda jauh dengan yang menggunakan lahan konvensional.
Pada awal diperkenalkan ke masyarakat, benih lele sangkuriang sukar didapat. Namun, seiring berjalannya waktu dan perkembangannya yang sangat pesat maka pembudidaya lele sangkuriangpun semakin banyak. Dengan banyaknya pembudidaya dan semakin terkenalnya lele sangkuriang karna keunggulannya maka benih pun semakin mudah diperoleh.
Tuesday, 23 July 2013
Perkembangbiakan Lele Sangkuriang
Di alam, biasanya lele memijah pada awal musim hujan. Pada saat tersebut, volume air mengalami kenaikan dan bau tanah akibat sengatan matahari yang tersiram air hujan menciptakan bau yang merangsang bagi induk lele untuk memijah. Musim penghujan juga menyebabkan pertumbuhan jasad renik sebagai pakan alami menjadi berlimpah. Hal ini sangat baik karean alam menyediakan sumber makanan bagi larva untuk hidup. Namun, di kolam budi daya , induk lele dapat dipijahkan sepanjang waktu, baik pada musim hujan maupun musim kemarau.
Semua jenis lele, termasuk lele sangkuriang berkembang baik secara ovipar atau bertelur. Seperti ikan pada umumnya, pembuahan terjadi di luar tubuh. Induk jantan akan menyemprotkan spermanya ketelur yang sudah sikeluarka oleh induk bertina. Biasanya, induk betina akan meletakantelurnya di tumbuhan air atau akan tanaman air seperti eceng gondok. Namun, dalam usaha budi daya lele sangkuriang, tempat menempelkan telur dibuatkan oleh manusia. Alat tersebut dibuat menggunakan injuk dan bilah-bilah bambuyang biasa disebut kakaban.
Telur-telur biasanya akan menetas sekitar 48 jam setelah dibuahi, tergantung dari suhu perairan. Semakin dingin suhu perairan maka akan semakin lama telur menetas. Umumnya, benih yang baru menetasbanyak yang mati sebelum sampai menjadi larva. Hal ini diduga akibat tidak tahan denagn kondisi prairan yang ekstrim, baik suhu maupun tingkat keasamannya. Akibatnya, jumlah benih lele yang mapu hidup akan berkurang cukup banyak. Benih yang hiduppun tak lepas dari ancaman hewan predator. Karena itu, di habitat alaminya, kedua induk lele bergantian menjaga anakan yang baru saja mengenal lingkungan. Setelah anakan tersebut berumur sekitar dua minggu, barulah sang induk berhenti menjaganya.